Beberapa waktu lalu sepertinya lagi marak ya pemberitaan tentang Arrangga atau biasa dipanggil Aga, siswa SMP Global Islamic School ini diberitakan gantung diri di dalam sebuah lemari pakainnya setelah sebelumnya dia merencanakan bunuh diri tersebut. hal yang melatarbelakangi Aga melakukan hal itu adalah karena kedua orangtuanya telah bercerai dan masing - masing orangtuanya juga sudah menikah lagi jadi terlihat seperti melupakan Aga. Aga yang malang dia depresi karena Bapaknya hanya berjanji palsu untuk bisa bertemu Aga. kerinduan Aga akan sosok bapaknya mungkin semakin menjadi dan dia berfikir kalau ternyata kedua orangtuannya telah melupakannya. makadari itu daripada hidup didunia tanpa kasih sayang kedua orangtuanya lebih baik dia mengkahiri hidupnya dan bertemu dengan sang Pencipta.
Miris ya? sebenarnya kesalahan bukan pada anak loh, terlepas dia menyukai film horor atau penikmat komik jepang seperti saya. semua kan pasti ada sebab akibatnya. masa iya anak yang baik - baik saja tiba - tiba berfikiran nekat untuk menghakiri hidupnya kalau kedua orangtuanya sayang sama dia.
saya tidak akan membahas tentang Aga dipostingan saya ini, postingan saya kali ini memang menyangkut hal yang berkaitan dengan bunuh diri dan saya akan membagikan pengalaman 'gila' saya yang serupa dengan Aga sebelum saya akhirnya sadar bahwa itu tidak baik dan tidak boleh dilakukan.
Sejak saya SD fisik saya lemah, kalau ada kegiatan apa - apa yang memakan waktu untuk berdiri lama pasti saya akan pingsan. seperti kegiatan upacara pada hari senin. Saat itu saya fikir hanya hal kecil yah mungkin saya kecapaian karena berdiri terlalu lama.
Tapi waktu kelas 3 SMP saat saya mengetahui bahwa ada benjolan besar dikepala saya dan saya dilarikan ke Rumah sakit kemudian melakukan operasi. sejak saat itu kehidupan saya, kepribadian saya dan kedua orangtua saya berubah.
Ya, saya divonis terkena tumor jinak begitu selesai operasi tampaknya keadaan aman - aman saja. ternyata itu baru permulaan. kembali lagi saya masuk rumah sakit saat ulang tahun ayah saya tepatnya tanggal 31 Maret 2000. kaki saya tidak bisa digerakkan. awalnya saya hanya terkena demam biasa. dibawalah saya ke klinik terdekat kala itu. dan pihak klinik menganjurkan untuk segera dibawa ke rumah sakit besar untuk didiagnosa.
setelah melalui serangkaian test: MRI, CT Scan, EEG dan test keseimbangan. saya divonis lagi dengan penyakit yang berbeda. kali ini saya terkena Epilepsi partial kompleks. penyakit yang sebagaian masyarakat kenal dengan ayan dan terdengar memalukan. saat dokter memberitahukan hal tersebut kepada kedua orangtua saya sepertinya mereka shock.
Mengenai kelumpuhan sesaat saya, kata dokter itu hal yang masih misterius. saya dirawat di Rumah Sakit Agung hampir sebulan lamanya guna me-recovery kaki saya dan juga sekalian test epilepsi saya sudah sampai tingkat yang mana. kebetulan waktu itu saya masih kelas 1 SMA disebuah sekolah negeri di pinggiran kota Cibinong.
Hal yang paling terlihat berubah adalah perlakuan mama saat merawat saya dirumah sakit. saya di omelin terus. padahal dulu saya hanya minta tolong ini itu karena memang kondisi saya lagi gak bisa jalan. mungkin dia lelah dan capai merawat saya. lelah biaya juga. walaupun ditanggung oleh perusahaan tapi biaya operasi dan perawat rumah sakit di Jakarta tidaklah murah. terlebih saya tidak boleh menyatu dengan pasien lain karena saya bisa stress dan ngamuk katanya. memang saat itu emosi saya sangat - sangat tidak stabil. jadi saya dirawat diruang VIP selama hampir sebulan.
begitu keluar, saya masih harus rutin setiap 2 minggu sekali check up ke dokter. selama 2 minggu sekali juga kedua orangtua banting tulang buat memenuhi kebutuhan berobat. karena obat epilepsi tidak murah, satu macam obat saja biayanya bisa sejuta itu dulu loh. sedangkan saya harus mengkonsumsi 8 macam obat setiap harinya. bisa bayangkan berapa rupiah yang keluar setiap bulannya? dan itu berlangsung dari tahun 2000 - 2009, tahun berikutnya memutuskan untuk melakukan terapi herbal.
Saya yang waktu itu tidak tahu menahu maunya harus ada, merasa egois. penyakit saya ini memang rada merepotkan. setiap kali saya stress pasti deh kumat. makanya ortu suka kewalahan menghadapi saya terlebih emosi saya yang tidak stabil.
beberapa bulan pun berlalu, akhirnya ortu saya mungkin memasuki puncak masa lelahnya. mereka selalu membentak saya, melakukan kekerasan seperti mencubit, memukul terkadang saya dikurung didalam kamar mandi. sebenernya hal serupa telah saya alami sejak masih balita. tapi untuk kasus yang satu itu bakalan saya posting dengan judul yang berbeda.
terkadang ada satu hari dimana saya pingsan, mama sudah tidak peduli dengan saya lagi. bahkan saat saya ngamuk dirumah pun sudah tidak dipedulikan lagi dan ayah saya juga berkata bahwa saya ini merepotkan terus. alhasil karena saya merasa kedua orangtua saya sudah tidak sayang dengan saya lagi saya melakukan percobaan bunuh diri. dan itu baru awal dari percobaan bunuh dari yang lain.
Ya, saya sama seperti Aga, penikmat horor, anime dan juga komik jepang. karena berada dalam dunia itu saya merasa punya semangat untuk hidup dan tempat dimana saya bisa menjadi diri saya sendiri. Setelah dokter memvonis saya terkena Epilepsi partial kompleks dan diduga juga saya mempunyai kelainan jiwa atau lebih cenderung depresi akut akibat ortu saya yang salah mendidik saya dengan menggunakan kekerasan dan saat adik saya lahir yang terpaut usia cukup besar dengan saya yaitu 8 tahun. saya sering timbul kecemburuan pada adik saya, karena menurut saya mereka lebih sayang dengan adik saya itu.
Percobaan perdana bunuh diri saya adalah menyayat pergelangan tangan saya. untungnya gak sampai meninggal keburu sadar dan alhasil dimarahin oleh mama dan ayah.
Semakin kesini perlakuan buruk juga tidak hanya dari ortu, tapi dari teman. dengan penyakit saya ini saya sempat disidang dan dikucilkan oleh yang katanya teman saya bahwa saya merepotkan mereka karena saya suka pingsan. siapa yang menyukai pingsan disembarang tempat? saya sudah menjaga diri saya buat gak merepotkan mereka kok, tapi apa mau dikata. penyakit saya ini yah memang begini, akhirnya mereka menjauhi dan membuat beberapa gosip tidak menyenangkan tentang diri saya.
Perlakuan dari masyarakat sekitar, terutama teman membuat saya makin memicu diri saya untuk segera mengakhiri hidup saya. toh dalam pikiran saya, saya ini selalu merepotkan semua orang, kalau saya mati tidak ada yang rugi dong.
awal - awal saya puber, saya berpacaran dengan pria, yah, sekitar tahun 2004. mungkin cinta pertama saya. pria itu terpaut 2 tahun diatas saya. bagi saya dia adalah segala - galanya. sampai suatu ketika dia memutuskan bahwa kita sudah tidak bisa berpacaran lagi. kemudian saya...
Melakukan bunuh diri lagi..
karena dia orang yang paling saya sayang dan tempat curhat saya karena keluarga saya selalu tidak peduli dengan saya. begitu saya tahu dia sudah tidak sayang dengan saya lagi. buat apa saya hidup??
saya mengakhiri hidup saya kedua kalinya dengan meminum secara over dosis obat penenang saya. hasilnya? Tuhan berkata lain. saya masih selamat. walaupun ginjal saya jadi korban.
Karena ortu saya yang kian lama kian lelah dengan saya, sampai suatu ketika, saya berpacaran dengan pria yang terpaut umur jauh dibawah saya. ya beda 6 tahun. dengan pria inilah saya berkali - kali bunuh diri tapi selalu saja selamat. karena menurut saya, saya cinta mati sama dia. karena dia segala - galanya bagi saya. ortu saya? tidak peduli lagi. itu yang ada didalam pikiran saya.
hidup saya dari tahun 2009 sampai 2010 rusak. serusak rusaknya. depresi saya makin parah. ortu saya, mau saya pulang malem atau pagi sepertinya tidak peduli lagi. walaupun masih suka cerewet. saya selalu kena omel dan beberapa tindak kekerasan. tapi akhir - akhir saya memberontak.
sebelum bertemu dengan suami saya yang sekarang, hidup saya hancur. kalau kata dokter psikiater saya harus minum obat yang berbeda setiap harinya tapi tidak pernah saya meminum semua obat itu. kecuali saat saya ingin bunuh diri.
sekarang karena ulah bunuh diri saya itu, penyakit saya bertambah. untungnya epilepsi saya sudah membaik tidak seperti dulu lagi.
Positifnya setelah saya pendam perasaan marah saya kepada ortu saya, sebelum saya menikah saya menyampaikan uneg2 saya setelah sekian tahun lamanya. dan ortu serta saya mewek - mewek bombay kemudian mereka minta maaf banget sama saya sambil elus - elus saya. mereka juga kaget saya sampai sebegitunya. yah, itu karena pengetahuan mereka yang kurang soal mendidik anak yang baik itu seperti apa.
Alhamdulillahnya, yang menyadarkan saya dari tindakan bodoh saya selama ini ya suami saya ini. dia mengajak saya untuk kembali kepada Agama, kembali kepada Allah. dia menjelaskan ini itu, awalnya saya protes, membangkang bahkan terkadang tidak menghargai dia.
Proses dari saya dodol menjadi normal ya setelah 3 tahun pernikahan saya. suami saya selalu mengajari saya setahap demi setahap arti kehidupan. awal - awal pernikahan kami mah saya masih trauma akut dan depresi bahkan mengancam dia kalau dia macem - macem kali ini saya bakalan beneran mati, gila gak? makanya saya suka meledak juga di media sosial.
Depresi pada anak itu sebagian besar karena Faktor orangtua dan kedua Lingkungan. tapi bila orangtuanya bisa berbagi dan memberikan nasehat - nasehat pasti si anak bakalan pede untuk menghadapi lingkungannya.
semoga sharing pengalaman saya bisa dijadikan pelajaran buat orangtua, supaya tidak ada lagi saya kedua atau Aga kedua di kehidupan Anak kalian.
"menurut survey Komnas perlindungan Anak setiap lima hari ada satu anak melakukan bunuh diri di Indonesia"
Tips. mengetahui anak kalian Depresi atau tidak mudah kok caranya:
1. Selalu mengurung diri dikamar saat berada dirumah
2. malas bergaul
3. selalu asik dengan duniannya sendiri entah main game, nonton anime berjam - jam atau apapun itu
4. introvert
5. hal yang paling ekstrim suka melukai dirinya sendiri
6. tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya
7.terkadang terlihat ceria namun sebenarnya bila dilihat dari matanya akan ketahuan bahwa dia mengalami depresi
Cara mengatasi Anak depresi:
Disamping memberikan kasih sayang melimpah ternyata tidak cukup loh. seperti saya ini yang sudah terlanjur depresi akut. mungkin beberapa anak perlu melakukan terapi jiwa dan diberikan ketenangan batin supaya kejadian bunuh diri tidak terjadi lagi. Orangtua perlu mendekatkan anaknya kepada nilai - nilai Agama. insha allah itu akan lebih efektif. saya sih sudah mencobanya, walaupun belum sempurna tapi saya positif seiring dengan waktu depresi saya akan menghilang total.
kenalilah tanda - tandanya dan segera atasi. bila sudah terjadi kejadian bunuh diri dan anak kalian selamat, berarti kalian telah diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan untuk memperbaiki diri. seperti orangtua saya.
Wahai Orangtua rangkulah anak kalian, sayangi mereka dengan cara yang benar. jangan pernah mengacuhkan anak sendiri. NO !
Berikanlah kasih sayang yang berlimpah bukan materi yang berlimpah. karena sesungguhnya anak tidak butuh. yang anak butuhkan hanya kasih sayang dari kedua orangtuannya dengan cara yang benar.
Anak
adalah investasi bagi kedua orangtuanya saat diakhirat kelak. ingat
Dunia ini cuma sementara. mau apa kita hidup didunia ini?
No comments
Silahkan tinggalkan komentar kamu, tapi plis banget ya pergunakan bahasa indonesia yang baik dan membangun. Mohon maaf juga harus di moderasi biar gak ada yang spam. Happy Comment ^^~