Ini cerita pengalaman saya sebulan yang lalu,
“ Oeekkk… Oeekkk…”
Suara tangisan bayi terdengar sampai kedalam rumahku, entah
itu bayi siapa yang jelas sudah membuat Hana terbangun dari tidur paginya.
Sesaat saya keluar rumah dan menemukan bahwa ternyata suara tangisan itu
berasal dari rumah sebelah. Kemudian saya mendatanginya dan ternyata benar.
Sebut saja bayi A. Bayi itu sedang menangis meronta – ronta saat digendong oleh
pengasuhnya. Pengasuh tersebut panik karena dia belum pernah momong bayi usia 3
bulan, tapi karena gaji yang ditawarkan oleh majikannya lumayan besar, doi
memberanikan diri. Waktu saya datang kesana, pengasuhnya itu sedang memberikan
susu formula kepada bayi A. tapi, miris melihatnya, susu yang ia berikan
ternyata sampai tumpah kesamping telinga si bayi. Karena ketidaktahuannya itu
bisa saja bayi tersebut menderita infeksi telinga. Karena ada cairan asing yang
masuk melalui kupingnya, apalagi cairan tersebut adalah susu formula. Untungnya
saya sigap dan langsung memberikan wejangan kepada si pengasuh bahwa harus hati
– hati sekali dalam pemberian susu formula menggunakan botol.
Tangisan bayi itu semakin memekakan telinga, padahal sudah
saya gendong dan puk puk pantatnya. Biasanya sih hal ini berlaku banget kalau
di terapkan ke Hana. Tapi, ada satu hal lagi supaya bayi cepat berheti dari
tangisannya:
NENEN !
Sambil menggendong sambil berfikir antara mau kasih ASI saya
atau saya tetep kekeuh memberikan susu formula yang jelas – jelas bayi nya
tidak mau minum itu. Kemudian berfikir lagi, akhirnya saya mencoba untuk
meminumkan susu formula tersebut ke bayi itu, tapi doi malah nangis kenceng
banget dan meronta – ronta tak karuan. Mungkin itu tanda dia protes kalau dia
menolak susu si sapi.
Sambil berucap bismillah dalam hati, saya dengan rasa iba
dan mau nangis melihat bayi tak berdaya itu hanya meinginkan ASI dari seorang
Ibu nya tapi tak dia dapatkan. Maka, saya memutuskan untuk segera memberikan
ASI saya kepada dia. Dan.. seketika itu juga, bayi A tertidur lelap.
Hati saya sakit, kok tega, kok sampai hati, anak selucu dan
secantik ini dibiarkan meminum susu sapi dan diasuh oleh pengasuh yang tidak berpengalaman dalam hal merawat bayi. Saya saja sebagai seorang ibu mendengar tangisan bayi yang
menyedihkan itu dada saya terasa sesak. Tak ayal saat memberikan ASI kepada bayi A, saya meneteskan
air mata.
Mungkin beberapa pembaca ada yang mengaggap saya terlalu
lebay. Terserah. Sebagai seorang ibu, hati saya terenyuh mendengar jerit
tangisan bayi tak berdosa yang hanya meminta HAK nya tapi tak dia dapatkan.
Beberapa hari setelah saya memberikan ASI saya kepada Bayi
A, lagi – lagi setiap pagi doi nangis terus, tangisan yang menyesakkan dada
saya. Tak sekali saja saya mendonorkan ASI saya untuk bayi A, walau saya tahu
konsekuensinya apa. terlebih saya juga belum sempat bilang kepada orangtuanya
kalau saya mendonorkan ASI saya untuk anaknya.
Terlepas dari kemungkinan ibu nya marah kepada saya karena
saya seenak hati memberikan ASI saya kepada anaknya. Saya rela kok dimarahi
oleh ibunya, bahkan mungkin tidak lagi berhubungan baik. Asal bayi A tenang dan
si ibu benar – benar memberikan apa yang di minta si bayi, bukan terbaik
menurut kita (Ibu).
Tidak hanya itu, pengasuhnya juga tidak teliti dalam hal
kebersihan bayi A, contoh: botol bayi yang tidak dibersihkan dengan benar,
masih ada sisa – sisa susu menempel disana, memberikan pakaian yang tidak pas
dengan keadaan si bayi, bayi kedinginan hanya dipakaikan jumper tanpa stocking
membalut di kakinya, kemudian kasur bayi
yang terlihat nampak kotor sampai – sampai ada nyamuk mati pun tidak dibuang
jasadnya dan segudang kesalahan – kesalahan fatal dalam merawat bayi A .
Haa.. speechless…
Bukannya saya terlalu ikut campur urusan orang. Tapi, saya
hanya kasihan melihat si bayi yang nampaknya menderita. Sedangkan ibunya tahu?
TIDAK.
Kalau boleh berteriak, saya akan berteriak,
ITU ANAKMU BUKAN ANAK PEMBANTUMUUUUUUUUU…!!
Karena apa? Anak adalah titipan dari Tuhan, Anak adalah
harta yang paling tak ternilai harganya di dunia ini. Anak salah langkah saat
kita mati, kita akan dimintai pertanggungjawaban mengenai si Anak.
Berat bukan? Tanggungjawab menjadi orangtua itu…
Jadi, sebagai orangtua bukan hanya memberikan materi semata,
tapi merawatnya dengan baik dan benar. Kalau dua duanya orangtua bekerja, siapa
yang memberikan perhatian lebih ke anak?
Pembantu?
Sodara?
Nenek???
Hanya kita, kita..
Seorang IBU..
Karena itu ada pepatah “ surga berada di bawah telapak kaki
ibu”
Atau dalam islam selalu disebutkan “ ibumu.. ibumu.. ibumu..
baru ayahmu…”
Memang bila ibu bekerja, membantu perekonomian keluarga
juga, tapi tidak ada yang bisa sejalan, pasti salah satu harus ada yang
dikorbankan, begitulah hukum alam berlaku.
Dear Mommies yang bekerja diluaran sana. Saya memang bukan
seorang ibu yang sempurna. Saya hanya Ibu rumah tangga yang bercita – cita
membesarkan anak dengan tangan saya sendiri dan penuh cinta kasih. Tapi saya
minta kepada working mom, perhatikan anak kalian. Jangan terlalu percaya kepada
pengasuh, apalagi iming – iming gaji besar, supaya dia bekerja dengan benar.
SALAH.
Karena, biarpun kalian bekerja, anak kalian diasuh oleh
orang lain yang tak ada hubungan darah sama sekali. Bolehlah dia diberikan
pelatihan terlebih dahulu entah oleh yayasan atau kalian sendiri. Tapi, tetap…
Itu anak kalian… darah daging kalian…
Yang kalian jaga selama 9 bulan serta melahirkan dengan
penuh perjuangan…
Jangan saat si anak sudah lahir ke dunia ini di sia – siakan
begitu saja…
Toh sudah banyak kan kasus yang pengasuhnya menyiksa anak
majikannya karena gak bisa sabar dalam hal menangani si anak.jangankan gitu,
kalau kita sudah lelah terus anak banyak ulah pasti ada dong rasa marah di
dada? Apalagi yang gak ada hubungan darah dengan si anak.
korban kekerasan pengasuh anak |
Syukur – syukur bayi atau anak kita orangtua kita yang
merawatnya. Tapi masa iya kita harus merepotkan mereka terus?, udah ngerawat
kita eh ngerawat cucunya juga. Gak sopan..
Ah.. saya juga tidak akan meng – underestimate emak – emak yang
bekerja kok, karena apapun itu pasti kalian udah memikirkannya matang – matang.
Tapi, kalau saya,
saya memilih untuk meninggalkan pekerjaan saya dan fokus mengurus anak
tapi saya juga akan membantu keuangan keluarga dengan cara merintis usaha yang
bisa dikerjakan dirumah.
Untuk kasus di atas, jujur.. hati saya pilu setiap kali bayi
A menangis. Mungkin karena saya sudah menjadi ibu susu untuknya. Ada perasaan aneh mengalir di dada begitu
mendengar dia menangis atau pengasuhnya yang terkadang melakukan hal bodoh. mungkin saya terlalu gegabah dalam bertindak juga, tapi saya tipe orang yang tidak diam saja kalau ada sesuatu hal yang menyangkut bayi. untuk ibu bayi A, saya mohon maaf seenaknya memberikan ASI saya kepada bayi ibu...
Menurut kalian bagaimana?
No comments
Silahkan tinggalkan komentar kamu, tapi plis banget ya pergunakan bahasa indonesia yang baik dan membangun. Mohon maaf juga harus di moderasi biar gak ada yang spam. Happy Comment ^^~